Semasa aktivis- Tolak BBM Naik

on Sabtu, 27 Juni 2009

Satu kalimat : BBM Naik, kemiskinan naik
Waktu itu yang ada : Menyakiti diri sendiri tidak baik, lantas kalau menyakiti diri sendiri untuk mengingatkan pemerintah agar tidak menyakiti rakyat bagaimana hukumnya?

Demo BBM Terus Berlanjut, Angkutan Kota Mogok

Selasa, 08 Maret 2005

Palembang, Kompas - Kenaikan harga BBM masih tetap mendapat kritikan dari masyarakat Palembang, Sumatera Selatan. Puluhan orang yang mengatasnamakan diri Front Pemerintahan Rakyat Miskin (FPRM), Senin (7/3), menggelar unjuk rasa di bundaran air mancur Masjid Agung Palembang. Mereka memprotes keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaikkan harga BBM.

Massa dari enam organisasi massa dan organisasi politik yang mengikuti demonstrasi mengusulkan agar pemerintah membatasi keberadaan jumlah kendaraan pribadi dan menambah angkutan umum agar pemakaian BBM dalam negeri tidak terlalu besar. Massa juga menuntut agar harga BBM segera diturunkan sebelum 10 Maret 2005 atau mereka akan menggelar demo lebih besar.

Sementara itu sopir angkutan umum di Kota Pontianak kemarin mogok menuntut kenaikan tarif sebagai dampak naiknya harga BBM. Akibat mogoknya angkutan umum ini, transportasi di dalam Kota Pontianak nyaris lumpuh, kecuali kendaraan-kendaraan pribadi.

Sedangkan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ambon menggelar unjuk rasa di Kantor Gubernur Maluku. Mereka menuntut kejelasan dana kompensasi kenaikan harga BBM bagi masyarakat Maluku. Pengamanan peserta demonstrasi dilakukan dengan sangat ketat dengan melibatkan polisi yang berjumlah hampir lima kali lipat dari jumlah peserta.

Mogok makan

Sementara itu aksi mogok makan yang dilakukan tujuh anggota HMI Cabang Kudus (Jawa Tengah) berakhir dengan tragis. Mereka harus dilarikan ke rumah sakit dan tuntutannya sama sekali tidak digubris pemerintah.

Para mahasiswa tersebut mogok makan secara bertahap sejak Selasa (1/3) bersamaan dengan diberlakukannya kenaikkan harga BBM. Diawali oleh MA Khomsin, Noor Khafid, dan Martoyo. Lalu diikuti Hamid Abali, Kahar Yukli, Sainur, dan terakhir seorang perempuan, Isna Isah.

Mereka melakukan aksi mogok di Alun-alun Simpang Tujuh Kota Kudus, tepat di depan Kantor Bupati/Wakil Bupati Kudus dengan menggelar tikar dan sebuah tenda kecil.

Akan tetapi, aksi mogok ini memperoleh ujian berat, dengan turunnya hujan lebat disertai angin kencang hampir sepanjang hari, terutama pada malam hari, sehingga daya tahan tubuh mereka cepat merosot. Kemungkinan Selasa ini mereka akan pulang dari rumah sakit secara paksa, karena mereka masih berniat melanjutkan perjuangannya. (eca/mzw/FUL/SUP)

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0503/08/daerah/1604799.htm

0 komentar:

Posting Komentar

Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net
Website counter