Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

on Kamis, 05 Maret 2009


Dalam sebuah portal pesantren virtual ada sebuah pertanyaan menarik, yakni :
Ustadz yang saya hormati: Saya pernah membaca dari buku terbitan kementrian agama Arab Saudi bahwa Peringatan Maulid Nabi tidak pernah dilakukan dan dicontohkan pada masa Nabi Muhammad SAW maupun pada masa sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Dalam buku tersebut diperkuat pula dengan hadist-hadist shahih. Yang ingin saya tanyakan adalah: "Bagaimana dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia apakah ada hadist yang membenarkannya dan bagaimana sikap kita untuk menghadapi sesuatu yang dikatagorikan bid'ah?"

Lalu, M. Luthfi Thomafi dengan bijaksana dalam portal dimaksud memberikan respon :
Ada tradisi umat Islam di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Mesir, Yaman, Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya, untuk senantiasa melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti Peringatan Maulid Nabi SAW, peringatan Isra' Mi'raj, peringatan Muharram, dan lain-lain. Bagaimana sebenarnya aktifitas-aktifitas itu? Secara khusus, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah menyuruh hal-hal demikian. Karena tidak pernah menyuruh, maka secara spesial pula, hal ini tidak bisa dikatakan "masyru'" [disyariatkan], tetapi juga tidak bisa dikatakan berlawanan dengan teologi agama. Yang perlu kita tekankan dalam memaknai aktifitas-aktifitas itu adalah "mengingat kembali hari kelahiran beliau --atau peristiwa-peristiwa penting lainnya-- dalam rangka meresapi nilai-nilai dan hikmah yang terkandung pada kejadian itu". Misalnya, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itu bisa kita jadikan sebagai bentuk "mengingat kembali diutusnya Muhammad SAW" sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat "sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW".
Dalam Shahih Bukhari diceritakan, sebuah kisah yang menyangkut tentang Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah budak [perempuan] Abu Lahab [paman Nabi Muhammad [SAW]. Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad [keponakannya], tepatnya hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Dalam riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksa Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada Allah SWT, yang paling berhak tentang urusan akhirat. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen. Akhirnya, setelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia. Kita tidak perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketaqwaan kita, perlu kita lakukan.
Tentang pendapat Ulama dan Pemerintah Arab Saudi itu, memang benar, sebagaimana yang kami tulis di atas. Tetapi, jika kita ingin 100% seperti zaman Nabi Muhammad SAW, apapun yang ada di sekeliling kita, jelas tidak ada di zaman Nabi. Yang menjadi prinsip kita adalah esensi. Esensi dari suatu kegiatan itulah yang harus kita utamakan. Nabi Muhammad SAW bersabda : 'Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik, maka baginya adalah pahala dan [juga mendapatkan] pahala orang yang turut melakukannya' (Muslim dll). Makna 'aktifitas yang baik' --secara sederhananya--adalah aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman kepada Allah SWT dan Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW, dan lain-lainnya.
Masalah Bid'ah:
Ibnu Atsir dalam kitabnya "Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar" pada bab Bid'ah dan pada pembahasan hadist Umar tentang Qiyamullail (sholat malam) Ramadhan "Sebaik-baik bid'ah adalah ini", bahwa bid'ah terbagi menjadi dua : bid'ah baik dan bid'ah sesat. Bid'ah yang bertentangan dengan perintah qur'an dan hadist disebut bid'ah sesat, sedangkan bid'ah yang sesuai dengan ketentuan umum ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid'ah hasanah. Ibnu Atsir menukil sebuah hadist Rasulullah "Barang siapa merintis jalan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang orang yang menjalankannya dan barang siapa merintis jalan sesat maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang menjalankannya". Rasulullah juga bersabda "Ikutilah kepada teladan yang diberikan oleh dua orang sahabatku Abu Bakar dan Umar". Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menyatakan "Setiap yang baru dalam agama adala Bid'ah". Untuk mensinkronkan dua hadist tersebut adalah dengan pemahaman bahwa setiap tindakan yang jelas bertentangan dengan ajaran agama disebut "bid'ah".
Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid'ah sbb : 1) wajib seperti meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang belum ada pada zaman Rasulullah. Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama.Seperto kodifikasi al-Qur'an misalnya. 2) Bid'ah yang sunnah seperti mendirikan madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah kajian keagamaan dan membaca al-Qur'an di dalam masjid. 3) Bid'ah yang haram seperti melagukan al-Qur'an hingga merubah arti aslinya, 4) Bid'ah Makruh seperti menghias masjid dengan gambar-gambar 5) Bid'ah yang halal, seperti bid'ah dalam tata cara pembagian daging Qurban dan lain sebagainya.
Syatibi dalam Muwafawat mengatakan bahwa bid'ah adalah tindakan yang diklaim mempunyai maslahah namun bertentangan dengan tujuan syariah. Amalan-amalan yang tidak ada nash dalam syariah, seperti sujud syukur menurut Imam Malik, berdoa bersama-sama setelah shalat fardlu, atau seperti puasa disertai dengan tanpa bicara seharian, atau meninggalkan makanan tertentu, maka ini harus dikaji dengan pertimbangan maslahat dan mafsadah menurut agama. Manakala ia mendatangkan maslahat dan terpuji secara agama, ia pun terpuji dan boleh dilaksanakan. Sebaliknya bila ia menimbulkan mafsadah, tidak boleh dilaksanakan.(2/585)
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa bid'ah terjadi hanya dalam masalah-masalah ibadah. Namun di sini juga ada kesulitan untuk membedakan mana amalan yang masuk dalam kategori masalah ibadah dan mana yang bukan. Memang agak rumit menentukan mana bid'ah yang baik dan tidak baik dan ini sering menimbulkan percekcokan dan perselisihan antara umat Islam, bahkan saling mengkafirkan. Selayaknya kita tidak membesar-besarkan masalah seperti ini, karena kebanyakan kembalinya hanya kepada perbedaan cabang-cabang ajaran (furu'iyah). Kita diperbolehkan berbeda pendapat dalam masalah cabang agama karena ini masalah ijtihadiyah (hasil ijtihad ulama).
Sikap yang kurang terpuji dalam mensikapi masalah furu'iyah adalah menklaim dirinya dan pendapatnya yang paling benar.

Penting kiranya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tetap dilakukan, mengingat setelah munculnya kelompok Wahabi/Salafy, sedikit demi sedikit jasa dan perjuangan Rasulullah saw diberangus. Karena kedangkalan pemikiran merekalah sebagian peninggalan bersejarah Islam, semakin tidak dikenal oleh kaum muslimin terutama generasi yang akan datang. Salah satu usaha mereka untuk memberangus jasa dan perjuangan Nabi besar Muhammad saw adalah dengan mengeluarkan fatwa bahwa memperingati hari kelahiran beliau tidak diperbolehkan, dengan dalil bidah, syirik, khurafat. Bahkan dengan alasan bahwa:

1. Memperingati maulid Nabi Muhammad saw berarti mengikuti adat istiadat pemeluk agama Kristen yang memperingati ulang tahun Nabi Isa as.

2. Karena Nabi Muhammad saw sendiri tidak memperingati hari ulang tahun kelahirannya, maka kaum muslimin yang memperingatinya adalah musyrik dan telah melakukan bidah. Karena bidah adalah kesesatan, dan orang yang sesat adalah tempatnya di neraka, maka orang yang melakukan kesesatan adalah tempatnya di neraka.

3. kumpul-kumpul untuk makan-makan itu adalah bidah, dan dilarang.

Padahal memperingati Maulid Nabi Muhammad saw merupakan salah satu cara untuk mengenang kembali sosok pribadi agung ini, serta asal usul dan perjuangan-perjuangan yang dilakukannya untuk menyempurnakan agama-agama ilahi. Mereka akan gerah ketika orang lain tidak sesuai dengan keyakinannya. Orang lain dipaksa untuk menerima keyakinan mereka. Barang siapa yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka dikafirkan, Syiah maupun Ahli Sunah. Peninggalan-peninggalan bersejarah Islam dihancurkan. Namun, ketika Zionis merusak Masjid al-Aqsha, dan mengais-ngais asal usulnya dan membuat bangunan di bawah Masjid al-Aqsha dengan mengklaim bahwa mereka memiliki asal usul, Wahabi tidak melakukan reaksi sama sekali. Keberadaan sebuah kaum atau bangsa akan dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan bersejarahnya.

Kesempatan membaca dan meriset sejarah tidak menjadi nasib setiap orang. Bila ada beberapa orang berhasil mendapat kesempatan mengkaji kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad saw, sementara orang lain tidak, maka pada acara memperingati Maulid Nabi adalah kesempatan yang bagus bagi kaum muslimin yang hadir untuk mengenal lebih jauh nabinya. Sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan kaum muslimin; bagaimana Nabi saw menjalani kehidupannya, baik kehidupan pribadi, sosial, politik dan lain-lainnya.

Bukankah dalam al-Quran Allah berfirman: “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan bagi kalian” (al-Ahzab: 21) Dengan belajar dan bersandar pada kehidupan Nabi saw, kaum muslimin akan lebih baik dalam menjalani hidupnya.

Bila dikatakan bahwa Rasulullah saw tidak pernah memperingati hari ulang tahun kelahirannya, sehingga kaum muslimin dilarang dan dianggap bidah bila mereka memperingati hari kelahiran nabinya, adalah sebuah alasan yang dibuat-buat dan mengandung makna politis, ingin menghapus jasa-jasa Nabi saw dan menjauhkan umatnya dari nabinya.

Kalau Nabi saw tidak memperingati hari ulang tahun kelahirannya, bukan berarti lantas kaum muslimin tidak boleh memperingatinya sepeninggal beliau! Dan bukan berarti sesuatu yang bidah! Bahkan sesuatu yang mulia. Karena dengan acara memperingati maulid bisa menambah pengetahuan dan wawasan kaum muslimin. Dan kehidupan mereka akan lebih baik dengan meneladani Nabinya.

Menurut kebiasaan, orang-orang besar senantiasa hidup sederhana dan tawadu. Kendati mereka banyak harta, mereka tidak menggunakan kesempatan seenaknya saja. Harta mereka lebih banyak mereka infakkan kepada fakir miskin. Orang besar akan dirayakan hari lahirnya dengan mengenang jasa-jasanya, bila mereka sudah wafat. Tidak seperti manusia-manusia zalim, mereka merayakan ulang tahunnya dengan menghambur-hamburkan hartanya bersama keluarganya dan ditayangkan di layar televisi, sementara masih banyak orang yang membutuhkan.

Pada setiap masa akan muncul generasi baru yang memerlukan pengetahuan tentang generasi sebelumnya. Dengan mengadakan acara maulid Nabi saw, kita bisa mengemukakan sejarah Nabi kita kepada generasi baru. Apalagi di zaman sekarang, musuh-musuh Islam senantiasa bercokol di samping kita. Dengan segala tipu dayanya mereka menghancurkan jati diri kaum muslimin. Khususnya remaja dan wanita yang menjadi tancapan mereka.

Tidak itu saja, untuk mewujudkan tujuan jahatnya, tidak mungkin mereka mengatakan bahwa agar umat Islam lupa dan terlena dari Nabinya dan sejarah-sejarah peninggalan Islam, lantas mereka langsung bicara di depan publik dan mengatakan bahwa memperingati Ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad hukumnya bidah. Jelas, kaum muslimin tidak akan menerima ucapan mereka. Karena jelas mereka adalah musuh Islam. Oleh karena itu mereka membentuk ulama-ulama bikinan untuk bisa masuk ke dalam tubuh kaum muslimin dengan stempel agama. Dengan cara inilah musuh-musuh Islam bisa masuk ke dalam tubuh kaum muslimin.

Ketika yang mengeluarkan fatwa adalah seorang muslim, maka sebagian kaum muslimin, terutama orang-orang awam akan menerimanya. Padahal kalau kita mau teliti dan jeli, fatwa pelarangan memperingati maulid Nabi saw, memiliki akar sejarah, dan kembalinya adalah pada tujuan-tujuan dibentuknya Wahabi konspirasi Inggris.

Faedah memperingati maulid Nabi Muhammad saw:

1. Peringatan maulid Nabi Muhammad saw merupakan tempat untuk silaturahmi antar sesama muslim. Imam Ja’far Shadiq as mengatakan: “Saling berziarahlah kalian satu sama lainnya! Sesungguhnya dalam zirah kalian dengan sesama akan menghidupkan hati kalian, dan mengingatkan hadis-hadis kami. Hadis-hadis kami membuat kalian lebih dekat dan lebih sayang satu sama lainnya”.(al-Kafi, jilid 2, hal 186).

2. Acara memperingati maulid Nabi saw merupakan wadah untuk mengkaji kehidupan beliau untuk memperkenalkan beliau kepada generasi muda lebih jauh.

3. Acara memperingati maulid Nabi saw adalah sarana untuk lebih mencintai dan meneladani beliau. Pepatah mengatakan: “tak kenal maka tak sayang”. Sangat mungkin seorang muslim tidak banyak tahu tentang sejarah kehidupan Nabinya, lantas bagaimana mungkin ia akan meneladani nabinya, jika ia sendiri tidak mengenalnya. Untuk menyayangi sosok pribadi yang agung perlu pengenalan lebih jauh, karena dengan banyak mengenal pribadi beliau kecintaan kita akan lebih bermakna. Dengan memperingati maulid Nabi saw, kaum muslimin akan menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidupnya, dan tidak perlu meneladani orang-orang yang tidak layak untuk diteladani. Mengapa sebagian kaum muslimin meneladani gaya kehidupan orang kafir? Karena mereka kosong dari teladan. Kita sebagai muslimin harus mengikuti gaya hidup Rasulullah saw, tidak saja dalam melaksanakan salat, tetapi dalam ucapan, tingkah laku, pergaulan dan perdagangan. Oleh karena itu kita harus mengenal beliau.

Rasulullah saw adalah manusia luar biasa, kalau kita mau menyebutkan keutamaan-keutamaan beliau, tinta akan mengatakan ketidakmampuannya untuk menulis. Namun, menuliskan sedikit adalah sebuah kebanggaan dan pelajaran bagaikan merasakan setetes air itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Sebagai pengenang mari kita kenang kembali sebagian kecil dari kehidupan manusia agung ini.

Sikap Rasulullah saw terhadap orang lain selalu baik, wajahnya senantiasa ceria. Bila sedih, beliau tidak menampakkan kesedihannya di hadapan orang lain. Bila orang lain menyakitinya beliau sedih, tetapi tidak mengeluarkan kata-kata kasar. Beliau senantiasa yang pertama mengucapkan salam kepada orang lain. Beliau tidak rela bila seseorang di hadapannya menghancurkan harga diri orang lain dan menjelek-jelekkannya. Beliau tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain. Beliau dalam beribadah tidak kenal lelah. Karena berdiri salat sehingga kakinya bengkak. Malam-malamnya dipenuhi dengan ibadah dan doa serta minta ampunan kepada Allah. Beliau banyak membaca istigfar. Sehingga dikatakan kepada beliau mengapa engkau banyak beristigfar? Engkau kan tidak berdosa? Istigfar untuk apa? Beliau menjawab: “Afala Akuna Abdan Syakura?” Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur, atas segala nikmat yang diberikan kepadaku? (Bihar Al-Anwar, jilid 10, hal 40).

Rasulullah saw adalah orang yang paling akhir marah dari yang lainnya, dan paling awal memaafkan orang lain. Ucapannya senada baik dalam keadaan marah atau rela. Kerelaan tidak membuat beliau menjadi penjilat dan kemarahan juga tidak membuat beliau lepas kontrol. Dalam keadaan marah atau rela beliau tidak berbicara melainkan berbicara kebenaran. Ini adalah sebagian kecil dari akhlak beliau yang agung, karena akhlaknya yang mulia sehingga Allah menjulukinya dengan “Innaka La’ala Khulukin Adhim” Sungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (al-Qalam: 4). Allah itu indah dan mencintai keindahan. Demikian juga dengan Rasulullah, beliau senantiasa rapi dan bersih. Imam Ali dalam hadisnya mengatakan: “Kecantikan adalah sebagian dari akhlak orang-orang mukmin” (Ghurar Al-Hikam, Amidi) Rasulullah saw bersabda: “Allah membenci kekotoran dan kekusutan” (Nahjul Fashahah, hadis 741). Beliau selalu menjaga kerapian rambutnya, memakai wangi-wangian, menjaga kebersihan badan, setiap hari Jumat membersihkan bulu-bulu bawah ketiak dan bawah pusar, memotong kuku dan memendekkan jenggotnya. Imam Shadiq as bersabda: “Setiap hari Jumat sebelum melaksanakan salat jumat, beliau memotong kuku dan jenggotnya” (Sunan Nabi, Allamah Thabathaba’i, hal 94 dan 106). Beliau sangat memperhatikan kebersihan giginya, setiap mau tidur dan setelah bangun tidur, beliau selalu menyikat giginya (Bihar Al-Anwar, jilid 16, hal 253). Dan masih banyak lagi perilaku-perilaku yang perlu kita teladani. Islam adalah agama sempurna dan disampaikan pula oleh manusia sempurna. Kaum muslimin tidak kekurangan contoh bila ingin menjalani hidup dengan baik. Namun, jalannya adalah mengenal terlebih dahulu teladan-teladan yang sudah disiapkan oleh Allah swt khususnya Nabi besar Muhammad saw. beliau adalah rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita memiliki kelayakan untuk menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidup, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar

Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net
Website counter